Friday, March 3, 2017

[Jakarta] "Berziarah" ke Museum Taman Prasasti

Makam Soe Hok Gie

“Seorang filsuf Yunani pernah berkata bahwa nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan tersial adalah (ber)umur tua" - Soe Hok Gie


Sehabis melepas penat karena kelelahan sehabis mengikuti acara car free day di sepanjang jalan Senayan - Bunderan HI (Padahal cuma muter-muter aja, gak pakai lari pagi) tiba-tiba terbesit di dalam pikiran saya untuk berziarah ke salah satu tokoh anak muda Indonesia. Dia lah Gie, agak rumit untuk menjelaskan mengapa sosok Gie dapat dikatakan sebagai tokoh karena banyak sentimen dan kepentingan di dalamnya, yang pasti perjuangan Gie pada saat tahun 60-an untuk Indonesia yg lebih baik, begitu terasa pengaruhnya melalui karya tulis / kritik di koran yang memiliki prestige tersendiri pada masanya. Untuk lebih jelasnya bisa baca buku beliau "Catatan seorang demonstran" atau liat filmnya "Gie" karya salah satu sutradara favorite saya: Riri Riza.

Kembali lagi kedalam pikiran saya, untuk berziarah ke makam Alm. Soe Hok Gie, maka bergegaslah saya menuju tempat areal Gie di makamkan. Dari jalan Senayan, saya segera menumpang Transjakarta (Busway), hanya dengan merogoh kocek Rp 3.500, saya bisa sampai dengan aman dan nyaman di halte Monas. Keluar dari halte monas, saya langsung dihadapkan dengan Museum Nasional atau yg biasa disebut Museum Gajah, tapi tujuan kita bukan ke museum ini melainkan masih terus jalan ke belakang museum lewat jalan kecil di samping sisi gedung museum, untuk memotong jalan. tibalah saya di Jl. Abdul Muis, lalu kita berjalan ke utara sampai ketemu jalan Tanah Abang 1 di sisi kiri jalan. Selanjutnya, kita masuk ke jalan itu sampai terlihat bangunan yang dicari...


Tampak depan, Museum Taman Prasasti

Pernah dengar dari cerita orang tua, ada sebuah komplek pemakaman khusus untuk petinggi-petinggi kompeni Belanda, tempat itu memiliki nilai magis tersendiri, namanya kuburan kober. Setelah saya telusuri, ternyata kuburan kober telah berganti nama pada tahun 1977 menjadi "Museum Taman Prasasti". Kebon Jahe Kober adalah nama sebutan resmi dari penduduk Batavia untuk komplek pemakaman Belanda ini. Pemakaman ini dibangun pada tahun 1795 pada masa kolonial Belanda, dan siapa yang sangka ternyata Kebon Jahe Kober adalah pemakaman modern tertua di dunia! Di susul oleh Père Lachaise Cemetery (1803) di Paris, Perancis. Dahulu pemakaman Kober memiliki areal 5,9 hektar. Namun kini hanya tersisa areal cukup dikit mungkin sekitar 1 hektar. Itu dikarenakan, sebagian areal pemakaman dipakai untuk membangun gedung walikota Jakarta Pusat. Saat ini, Pemakaman Kober atau yang sudah berubah namanya menjadi Museum Taman Prasasti sudah bukan lagi menjadi pemakaman aktif, hanya prasasti dari peninggalan kuburannya saja yg tersisa, seperti nisan dll.

Ini kali kedua saya berkunjung ke Museum Taman Prasasti (MTP), pada saat kunjungan pertama, area museum sedang ada perbaikan atau renovasi, terutama bagian rumput jadi kurang sedap untuk foto-foto hehe. Impresi awal saya tiba di MTP cukup menyenangkan hati, karena pegawai-pegawai museum cukup ramah dan cekatan. Harga tiket masuk hanya 5rb rupiah, dan kita ditawarkan apakah ingin sekalian disertakan guide. Karena memang tujuan saya hanya untuk berziarah ke makan Gie, jadi saya menolaknya :) Ohya, sebelumnya saya bilang, kalau museum ini hanya berisikan prasasti nisan saja, iya memang. Tapi untuk yg Belanda, sementara di jaman setelah kemerdekaan atau tepatnya sebelum diresmikan menjadi museum pada tahun 1977, tempat ini masih aktif menjadi areal pemakaman. Hanya ada 2 pribumi yg di makamkan di sini, Soe Hok Gie dan 'Miss Riboet' seorang seniman wanita kelahiran Aceh, yang memiliki kedekatan khusus dengan VOC.

Pada saat saya tiba di MTP, suasana sendu menyeruak. Begitu sejuk dan tenang... Ada beberapa pengunjung, mulai dari seniman, pasangan suami-istri sampai pelajar yang entah memang sedang studi atau latihan jepret dengan DSLR-nya. Untuk menuju ke pemakaman Gie, Kita ambil jalan lurus terus dari pintu masuk sampai mentok pagar pembatas. Nah, coba tengok di sebelah kiri, sebelum tembok (dor!) ada makam Gie di sana :)


Area Selatan MTP

Hal menarik di MTP ini, selain tempat yg nyaman karena adem dan suasana yg tenang, ada: peti mati yang membawa Jasad Presiden Soekarno dari Jakarta ke Blitar untuk di makamkan di sana dan juga peti mati Wakil presiden pertama, Bung Hatta.

Ya! jadi itu dia, Museum Taman Prasasti, yang dulu di kenal sebagai Kuburan Kober, sekarang sudah menjadi salah satu alternatif tempat untuk rekreasi, ohya hal menarik lainnya ternyata di kompleks kuburan tertua di dunia ini, disemayamkan petinggi-petinggi masonry atau Freemason lho! Bahkan sudah ada yang membuku-kan!

Seperti postingan sebelumnya, saya akan lampirkan foto-foto hasil kunjungan di akhir tulisan :)





Patung Hiasan Makam

Salah Satu Ornamen Makam Yang Cukup Menarik, Tengkorak Yang Ditombak!


Nisan Seorang Ahli Agama (Kardinal?)

Bentuk Nisan Yang Tidak Biasa

Ini Kalau Tidak Salah, Dewa Apolo

Deretan Makam Yang Konon Adalah, Petinggi Freemason

Bapak/Ibu Pengajar Yang Sedang Mencari Bukti Sejarah

"Penunggu" Nisan

Berbincang Dengan Pengunjung Museum Taman Prasasti (Dibelakangnya adalah peti mati Bung Karno & Bung Hatta)

Sekali-kali Eksis dong ;)

Abis CFD-an nih :D

No comments:

Post a Comment